Pencarian

Musda Golkar Riau 2025: Dukungan Mayoritas untuk Parisman, Akankah Aklamasi?

GOLKAR PEKANBARU - Aroma kontestasi mulai menguar di tubuh Partai Golkar Riau.

Setelah Rakernas Partai Golkar menetapkan bahwa Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Riau akan digelar pasca-Idulfitri, dinamika politik di partai berlambang pohon beringin itu semakin memanas.

Sekretaris DPD I Golkar Provinsi Riau, H. Parisman Ihwan, SE., MM, Rabu (5/3/2025) menegaskan bahwa pihaknya akan segera mengajukan jadwal pelaksanaan Musda ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) begitu Lebaran usai.

“Dalam juklak sudah jelas disebutkan bahwa setelah Lebaran, usulan untuk Musda bisa diajukan. Jadi, habis Lebaran kita sudah dapat kepastian tanggal pelaksanaannya,” ujar Parisman usai menghadiri acara buka puasa bersama dengan seluruh Ketua DPD II Partai Golkar se-Riau, termasuk organisasi sayap serta ormas pendiri dan yang didirikan oleh Golkar.

Konstelasi Politik: Parisman di Atas Angin?

Musda nanti akan menjadi panggung penentuan bagi Ketua DPD I Partai Golkar Riau berikutnya, dengan total 18 suara yang akan berperan dalam pemilihan.

Suara tersebut terdiri dari 12 suara DPD II Kabupaten/Kota se-Riau, 1 suara DPD I, 1 suara DPP, 1 suara Dewan Pertimbangan (Wanhat), serta 3 suara dari unsur Astakarya dan organisasi sayap.

Sejauh ini, mayoritas suara tampaknya mengarah kepada Parisman Ihwan.

“Kalau dari seluruh pemilik suara sah, mayoritas 12 kabupaten/kota yang memiliki hak suara, serta secara legitimasi ketua dan sekretaris menghendaki saya maju sebagai calon, maka saya siap untuk bertarung,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa DPD I Golkar Riau kemungkinan besar akan mendukung pencalonannya.

Sementara itu, keputusan DPP diyakini akan berpihak kepada kandidat dengan perolehan suara terbanyak.

Namun, dukungan dari Wanhat masih belum dapat dipastikan, sementara suara dari organisasi sayap dan Astakarya tampak terpecah.

Meski demikian, Parisman tetap optimistis dengan posisinya dalam kontestasi ini.

Persaingan dengan SF Harianto: Tantangan Nyata atau Sekadar Isu?

Di tengah dinamika pencalonan, nama Wakil Gubernur Riau, SF Harianto, juga santer disebut sebagai kandidat potensial. Namun, Parisman tidak bisa menilai peluangnya untuk maju cukup besar atau tipis.

“Tipis atau tidaknya itu tergantung situasi DPP. Tetapi berdasarkan syarat dalam AD/ART partai, kader yang belum lima tahun bergabung di kepengurusan tidak diperbolehkan mencalonkan diri.

Namun, kita tidak tahu apakah ada poin-poin yang bisa dimanfaatkan oleh kandidat lain nantinya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Parisman menegaskan bahwa yang terpenting adalah memastikan Musda berjalan sesuai aturan organisasi dan mekanisme yang berlaku.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga soliditas internal partai agar proses pemilihan berlangsung demokratis dan kondusif.

Aklamasi atau Pertarungan Sengit?

Dengan solidnya dukungan untuk Parisman sejauh ini, muncul pertanyaan apakah Musda nanti akan berakhir dengan aklamasi. Menanggapi hal itu, Parisman memilih untuk tetap realistis.

“Saya tidak bisa memastikan. Dalam juklak disebutkan bahwa jika ada calon yang menguasai lebih dari 50 persen suara, maka secara otomatis terpilih. Tapi politik itu dinamis, kita lihat saja nanti,” katanya dengan nada diplomatis.

Musda Golkar Riau pasca-Idulfitri nanti bukan sekadar pemilihan ketua. Lebih dari itu, ajang ini akan menjadi cerminan arah baru bagi Golkar Riau ke depan.

Apakah Parisman Ihwan akan melenggang tanpa hambatan, atau akan ada kejutan politik yang mengguncang konstelasi di internal partai? Semua akan terjawab dalam waktu dekat.